Selasa, 31 Mei 2011

Bom dalam Prespektif Islam


Saat ini, masyarakat mulai mendiskusikan hukum pengeboman terhadap properti, mobil dan tempat-tempat umum lainnya, dan kami mendengar beberapa pendapat yang menarik bahwa pengeboman dan peledakan tersebut bukan “jalan penyelesaian masalah” atau “kebangkitan”.
Itu adalah pendapat yang sangat menarik, tapi tidak fair, ini adalah sebuah penilaian (analisis) yang tidak adil dari para “pengamat” Islam. Peledakan-peledakan tersebut hanyalah sebuah ikhtiar, dan bukanlah jalan hidup atau metode mencapai tujuan.
Oleh karena itu hukum dari ikhtiar tersebut akan sama dengan hukum dari target dan tujuannya.
Pengeboman punya sebuah tujuan. Memiliki buah dan hasil serta dalil. Ini berbeda dengan apa yang orang simpulkan tentang tujuan pengeboman. Ini bukanlah persoalan benar salah ataupun fair tidak fair bagi seseorang menerima bahwa hukumnya semata-mata berdasarkan upaya untuk menyempurnakan tujuan.
Jika kita menghubungkan persoalan ini dengan setiap persoalan agama, ini hanya akan menyebabkan kebingungan dan terjebak dalam diskusi yang menghabiskan waktu dan tiada ujung pangkal.
Tidak ada keraguan lagi, bahwa akibat dari pengeboman pastilah ada pembunuhan dan kerusakan, beberapa membunuh dengan haq dan sebagian tidak. Sebagai contoh, membunuh seorang Muslim tanpa haq (diharamkan), kecuali dengan alasan yang dibolehkan Islam, seperti; merajam pezina (muhson), membunuh orang murtad dan menghukum tindakan kriminal, dan lain-lain.
Sedangkan bagi orang kafir, hidupnya tidak memiliki kesucian tanpa memiliki perjanjian damai (dengan khalifah) baik sebagai musta’man maupun dzimmi, meskipun aslinya (orang kafir) tidak memiliki kesucian.
Beberapa peledakan yang tidak didasarkan pada kebenaran (haq) tidak menyebabkan apa-apa kecuali fasad dan kehancuran, akan tetapi peledakan yang didasarkan pada kebenaran (haq) memiliki akibat besar bagi ‘kebangkitan’ dan penyelesaian masalah. Sebuah pengeboman bisa jadi dipuji oleh Allah SWT atau sebaliknya, dilaknat Allah SWT.
Oleh karena itu, untuk mengeluarkan istilah dan argumen baru, mengatakan bahwa itu karena korupsi, perpecahan, dan sebagainya hanya akan menambah kebingungan masyarakat. Orang yang mendiskusikan isu ini harus menggunakan ilmu dan menghindarkan kebingungan masyarakat yang mudah tergelincir oleh perasaannya dan argumen yang menakjubkan.
Mereka (orang-orang yang menggelincirkan umat) menyebarkan kebusukan mereka di tengah-tengah masyarakat, seperti menyebarkan ide-idenya, yaitu; sekularisme, pluralisme, kasih dan damai untuk sesama, dan sebagainya serta mempropagandakan seruan tersebut sehingga jiwa masyarakat terperangkap olehnya.
Sebuah contoh dalam persoalan ini adalah seseorang yang berbicara dan menyeru orang untuk melawan dakwah, menyatakan bahwa dakwah adalah jembatan menuju Jahannam. Ketika seseorang menuduh mujahidin dan mengutuk mereka sebagai teroris, fundamentalis dan esktrimis, maka sebenarnya mereka sendirilah yang menyeru kepada pintu-pintu neraka Jahannam (du’atun ila abwabi jahannam) sebagaimana yang tertera dalam hadits mulia yang diriwayatkan oleh Hudzaifah Al Yaman. Lalu, dapatkah orang-orang tersebut (dua’tun ila abwabi Jahannam) mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW di hari Kiamat nanti ? Ingatlah firman Allah SWT :
“Sesungguhnya syetan-syetan itu mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Faathir, 35: 6)
Sementara ada penyeru yang menyeru kepada kebenaran (haq) dan mereka berada dalam jalan menuju surga, dan ada juga yang menyeru kepada kemungkaran dan mereka berada di jalan menuju Jahannam. Pengebom itu memiliki dua tipe tersebut. Kita harus tahu apa tujuan dan arah operasi mereka? Siapa yang menjadi target dan siapa yang akan dibunuh? Apakah tujuannya mencari ridha Allah SWT? Apakah targetnya orang Islam atau orang kafir ? Apakah tujuannya membunuh kaum Muslimin atau berperang melawan para agresor?
Ada banyak pintu menuju surga, salah satunya adalah babul Jihad (pintu jihad). Orang-orang yang haq akan mendapatkan “Izzah” dan kehormatan melawan musuh dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan menjanjikan mereka surga dan kemuliaan.
Orang-orang yang mengutuk penyerangan-penyerangan tersebut tidak pernah berhenti berpikir, baik tentang tujuan pengeboman maupun targetnya. Masyarakat (dilandasi perasaan dan rasio semata) mengutuk pengeboman-pengeboman yang terjadi dan tidak pernah berpikir mengapa tempat-tempat tersebut menjadi target pengeboman. Masyarakat bahkan mulai bertanya, “Dapatkah kita menggunakan bom bunuh diri di Palestina?”
Allah SWT memerintahkan kita untuk menakuti dan menggentarkan orang-orang kafir, musuh Allah dan kaum Muslimin. Allah SWT berfirman :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…” (QS Al-Anfal, 8: 60)
Tidak ada keraguan lagi, bahwa pengeboman terhadap orang-orang kafir di negeri-negeri kaum Muslimin dan negeri-negeri kufur akan menggentarkan mereka, menakuti mereka dan menjerakan mereka dari menyerang kita lagi.
Kita lihat dewasa ini bahwa tidak ada yang mengguncangkan musuh kecuali penyerangan dan pengeboman dan kekerasan, untuk mencari ridha Allah. Di Palestina, orang Yahudi merasa menderita dan seolah-olah berada di neraka karena secara terus-menerus, setiap hari terjadi penyerangan dan operasi. Akan tetapi mereka (Yahudi) tidak pernah merasa khawatir atau ngeri karena demonstrasi yang dilakukan oleh kaum Muslimin di London, atau di Jakarta.
Kalau kita melihat pria-pria pemberani di abad ini dan pahlawan-pahlawan umat di abad ini, seperti : Abdullah Azzam, Khattab, Muhammad Al Shihri, Ahmad Al Haznawi, Sa’id Al Ghaamidi, Syekh Abul Abbas Al Januubi, Syekh Osama bin Laden, Khalid Ayyash dan masih banyak lagi, orang-orang ini tidak pernah menjadi pahlawan besar, kecuali melalui pemahaman tentang jihad.
Terlihat bahwa seseorang yang ingin menyebarkan ide bahwa pengeboman bukan jalan untuk kebangkitan atau pendekatan rasional hanyalah mencoba menyebarkan pandangannya untuk mengembangkan tarbiah dan pendidikan untuk membangkitkan umat.
Memang, kenyataannya kita mengetahui pentingnya tarbiah dan pendidikan, khususnya untuk memurnikan akidah dalam tubuh umat, untuk memurnikan tauhid dan mengajarkan umat untuk menolak thagut, membangun mereka dalam wala’ dan bara’, akan tetapi tidak menyangkal seruan jihad dan memerangi agresor, mempertahankan hidup, kekayaan (harta) dan kehormatan kaum Muslimin dengan kehidupan dan tubuhnya. Ini tidak dapat dihentikan (seruan untuk menghentikan agresi melawan kaum Muslimin).
Terlihat bahwa mereka ingin kita melawan agresi dengan diskusi penuh kedamaian dan dengan selebaran-selebaran. Sangatlah aneh seseorang yang berpikir demikian. Dapatkah mereka benar-benar meyakini apa yang mereka katakan ? Atau tidakkah mereka mengerti kebodohan seruan mereka dan tentang apa mereka menyeru kita ?
Bukanlah Allah yang menyeru kita kepada kebodohan-kebodohan, ini hanya tentang kecenderungan dan kecintaan kita kepada dunia dan kebencian kita kepada kematian, sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang menggambarkan kondisi umat Islam seperti buih di lautan. Sejarah menceritakan kepada kita beberapa fenomena ketika kita melihat sejarah Bani Israel dan janji kemenangan dan desakan setelah itu, agar mereka meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama mereka. Kita mendapatkan kemiripan, ketika kita tidak mau mengubah kondisi kita, ‘kebiasaan-kebiasaan’ buruk yang kita lakukan.
Kejadian di masa lalu ketika kaum Tartar yang ingin menduduki tanah-tanah kaum Muslimin selama bertahun-tahun. Meskipun demikian orang-orang tidak bergerak untuk menarik urat saraf untuk melawan mereka. Kejadian serupa terjadi di Al-Sham (tempat konferensi-konferensi Islam dilaksanakan), ketika terjadi pendudukan oleh orang-orang kafir. Pada waktu itu penguasa di sana mengirim banyak ulama dan memotivasi mereka untuk berjihad, dan tentu saja hal ini tidak membantu kecuali sedikit.
Apakah keanehan ini masih terjadi sekarang, jika masyarakat menjadi penakut dan tidak merespons seruan jihad atau menyeru perang, kemudian apa yang akan mereka lakukan jika ‘tokoh-tokoh’ mereka menanamkan pada mereka kehinaan dan kekalahan? Jika mereka menyiapkan kebangkitan dengan slogan mereka tentang reformasi dan perdamaian ? Itulah mengapa masyarakat mulai berkata,“Ini bukan saatnya berperang, ini saatnya islah dan reformasi.”
Kita berdoa kepada Allah agar masyarakat mengerti bahwa jihad dan makna jihad memiliki status hukum yang sama. Kita juga berharap agar masyarakat mengerti bahwa mereka-mereka yang berjihad telah memutuskan dan mengerti arti jihad, apakah itu bermanfaat atau tidak. Kita berdoa kepada Allah SWT agar menjaga kita tetap teguh dalam Islam ini dan memiliki ‘keberanian’ melawan kebatilan dan mencegah kita dari kebingungan dan keraguan. Amin.
T A K B I I I I R…..!!!!!!!!!

The Tsunami of Change: Gelombang Revolusi Islam menuju Futuhat Al Aqsha


Apa kaitan tsunami dengan pembebasan (futuhat) Al Aqsha? Apakah revolusi yang saat ini melanda negara-negara di Timur Tengah akan berdampak luas ke seluruh dunia dan dapat membebaskan Al Aqsha dari cengkraman negara zonis yahudi? Kalau ingin berpartispasi, dari mana kita harus memulai?
Gelombang tsunami revolusi Islam : Dari Tunisia hingga Al Aqsha
Tsunami adalah istilah bahasa Jepang, tsu berarti pelabuhan dan nami berarti laut. Secara singkat tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan. Istilah tsunami menjadi populer di saat gempa tektonik berkekuatan 8.5 SR terjadi dan berpusat di Samudra India di kedalaman 20 km selatan kota Meulaboh, Aceh. Gempa tektonik ini disertai gelombang pasang (tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa, dan Thailand.
Kedahsyatan hantaman gelombang tsunami inilah yang mungkin menginspirasi majalah terbitan Al Qaeda Jazirah Arab (AQAP), INSPIRE untuk menjadikannya judul dan bahasan spesial edisi ke-5, Musim Semi 2011, yakni “The Tsunami of Change” atau Tsunami Perubahan. Judul ini juga merupakan sebuah artikel yang ditulis oleh Syekh Anwar Al Awlaki, ulama asal Yaman yang saat ini tengah diburu Amerika Serikat.
Editorial majalah tersebut menulis, “Menurut kami, revolusi yang tengah mengguncang singgasana para diktator itu baik bagi orang-orang Islam, baik bagi mujahidin dan buruk bagi imperialis Barat dan cecunguk-cecunguk mereka di dunia Islam.”
Gelombang tsunami revolusi Islam di Timur Tengah bermula dari Revolusi Tunisa yang dipicu oleh seorang tukang sayur bernama Muhammad Bouazizi, berumur 26 tahun. Muhammad Bouazizi  adalah simbol pemuda tertindas di wilayah Sidi Bouzid Sidi, 300 kilometer sebelah selatan ibukota Tunisia. Pemuda di sana banyak yang bergelar sarjana namun sehari-hari hanya berkeliaran di cafĂ©-cefe di jalan berdebu kota miskin, menunjukkan kegagalan pemerintah memberikan jaminan pekerjaan yang layak.
Revolusi Tunisia meledak ketika Bouazizi tidak tahan melihat kedzoliman rezim tiran Tunisia atas dirinya dan rakyatnya. Dia pun menuangkan bahan bakar ke tubuhnya dan membakar dirinya sendiri. Ternyata Bouazizi tidak hanya membakar dirinya tetapi membakar amarah seluruh rakyat Tunisia atas kediktaktoran rezim yang berkuasa. Rezim diktaktor Tunisia, Ben Ali pun akhirnya tumbang dan tanpa disadarinya, Bouzazizi telah memicu gelombang tsunami revolusi Islam yang akan menggulung para tiran lainnya di Timur Tengah.
Revolusi Tunisia telah memicu solidaritas warga di dunia Arab, terutama umat Islam yang muak dengan sistem pemerintahan diktaktor dan sekuleristik yang selama ini diterapkan. Setelah Tunisia, gelombang tsunami revolusi Islam merembet ke Mesir dan berhasil menggulingkan fir’aun modern Mesir, Husni Mubarak.
Gelombang tsunami revolusi Islam pun meluas ke Yaman dan siap menyapu kekuasaan tiran Ali Abdullah Saleh. Begitu juga Libia, tidak luput dari terjangan badai tsunami revolusi Islam, dimana saat ini masa-masa kepemimpinan diktaktor Moamar Khadaffi berada di ujung tanduk digempur habis-habisan oleh para pejuang revolusi. Kejatuhan Khadaffi tinggal menghitung hari.
Setelah Libia, gelombang tsunami revolusi Islam akan menyusul menerjang Suriah, Yordania, dan bukan tidak mungkin akan menyapu negara-negara Timur Tengah lainnya. Akhirnya, gelombang tsunami revolusi Islam akan bermuara ke Al Aqsha, kota suci ummat Islam yang saat ini berada dalam cengkraman yahudi-zionis-Israel.
Syekh Anwar Al Awlaki memberikan catatan penting dalam tulisannya bahwa “Revolusi mampu mematahkan ketakutan yang selama ini mendekam di hati dan benak kaum Muslimin bahwa para tiran tidak bisa dikalahkan.”
Hantaman tsunami menggulung para tiran Timur Tengah
Dalam buku “Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib baru”, DR. Abdullah An Nafisi menjelaskan hakikat penjajahan Amerika di Timur Tengah. Beliau berkata :
“Seluruh negara Arab sudah terjajah, khususnya daerah Teluk dan daerah kaya minyak semuanya telah terjajah. Aku tidak mengecualikan satupun. Semua negara kita terjajah. Dan penjajahan itu bisa dalam bentuk nyata dan juga bisa dalam bentuk tersembunyi/samar.”
Beliau melanjutkan:
“Saya yakin bahwa rezim Saudi sekarang menjadi tongkat pemukul di tangan Amerika, tidak terkecuali. Ini bukan rezim sendiri, tapi ini kepanjangan tangan Amerika dalam menguasai Kawasan Teluk. Dan jika kita serang pengaruh Amerika dengan kekuatan, baik melalui perlawanan atau dengan cara yang mereka sebut sebagai “Teror” maka saya yakin bahwa rezim ini akan segera jatuh.”
Artinya, pemerintah Timur Tengah, khususnya Saudi Arabia telah menjadi partner Salibis dan Amerika dalam melawan jihad dan memerangi mujahidin serta agama Islam dan kaum Muslimin. Amerika menjadikan mereka sebagai kaki tangannya untuk menguasai dan menjajah Timur Tengah dan dunia Islam. Oleh karena itu, jika kita ingin memerangi dan menghancurkan Amerika maka sudah tentu kita juga berhadapan dengan antek-anteknya, yang notabene dari kulit dan bangsa serta agama kita sendiri, yakni rezim-rezim tiran Timur Tengah maupun negara-negara lainnya di dunia ini.
Tidak bisa dipungkiri, tumbangnya para tiran Timur Tengah melempangkan jalan menuju pembebasan Palestina. Ma’sadatul Mujahidin di Palestina dengan sangat gembira dan penuh suka cita mengucapkan selamat atas lengsernya fir’aun Mesir, Husni Mubarok. Namun mereka meminta perjuangan terus berlanjut dan berpesan :
“Janganlah seorang dari antum sholat fajar kecuali di Gaza, karena perbatasan belum runtuh.”
Syekh Mujahid, Asy Syahid (Insya Allah) Usamah bin Laden bersumpah :
“Demi jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, yang mengangkat langit tanpa tiang. Sungguh, janganlah Amerika dan orang-orang yang berada di dalamnya bermimpi untuk hidup tenang hingga saudara-saudara kami yang berada di Palestina hidup dengan tenang.”
Faktanya, para tiran diktaktor Timur Tengah inilah yang menjadi para pelayan dan pembela kepentingan Amerika dan sekutu-sekutunya, khususnya kepentingan zionis-yahudi-Israel dalam mencengkram bumi suci Palestina dan penistaan terhadap Masjid suci Al Aqsha. Saat ini penguasa zionis Israel sedang berdebar, takut dan harap-harap cemas melihat dahsyatnya gelombang tsunami revolusi Islam yang akan menggulung mereka sekaligus mimpi-mimpi jahat mereka untuk mendirikan negara Israel Raya.
Al Aqsha di bawah cengkraman yahudi-zionis-Israel
Bumi Palestina adalah bumi yang diberkahi. Di sana terdapat Masjid Al Aqsha, kiblat pertama kaum Muslimin dan tempat mi’raj Nabi Muhammad SAW. Saat ini Palestina dalam cengkraman yahudi-zionis-Israel, hingga sampai kapan pun, sebelum Palestina kembali dibebaskan, masalah Palestina akan tetap menjadi masalah sentral (pusat) bagi kaum Muslimin.
Rezim-rezim tiran di Timur Tengah dan dunia Islam hingga saat ini tidak tergerak sama sekali untuk membebaskan Masjid Al Aqsha dari cengkraman yahudi-zionis-Israel. Bahkan para pemerintah diktaktor ini, seperti Mesir dan Saudi, berkolusi bersama musuh zionis salibis di dalam mengembargo saudara Muslim kita di Gaza dan melarang saudara Muslim di sana untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya yang pokok, berupa makanan dan obat-obatan.
Sadisnya lagi, rezim tiran Mesir di bawah fir’aun Husni Mubarak membocorkan saluran air dan gas antara perbatasan Mesir dan Gaza , yang membunuh orang-orang tak berdosa di sana. Na’udzu billah min dzalik!
Syekhul Jihad, Abdullah Azzam mengatakan bahwa kemuliaan Palestina tidak mungkin kembali hanya dengan ucapan-ucapan saja. Beliau mengatakan :
“ Apakah mereka bisa mengembalikan sejengkal saja dari tanah Palestina?. Sesungguhnya dien Allah (Islam) tidak akan menang hanya dengan omong kosong belaka, dan negeri-negeri Islam juga tidak akan terjaga hanya dengan pantun, lagu dan syair serta lainnya.”
Syekh Aiman Az Zawahiri, menaruh perhatian yang sangat besar terhadap Palestina dengan mengeluarkan pesan dengan judul “Palestina merupakan urusan kita dan urusan setiap muslim”.
Dalam sebuah wawancara dengan As Sahab Media beliau menyatakan :
“Oleh karena ini saya ingatkan kepada setiap orang yang merdeka dan terhormat di Palestina agar tidak membantu menjual Palestina dan tidak membantu menyerahkannya kepada yahudi ataupun berkompromi dengan mereka, meskipun hanya sebutir pasir.
Saya juga tujukan (peringatan saya) kepada setiap orang yang telah masuk dalam organisasi sekuler yang berpaling menjauh dari syariat dan menyerahkan sebagian besar Palestina, dan setuju dengan solusi setan barat dan timur.
Saya tujukan kepada mereka dan saya katakan : Kembalilah kalian kepada kebenaran, kepada jalan Islam dan jihad, berdirilah kalian bersama umat muslim di bawah panji tauhid melawan invasi baru salibis-zionis. Jika kita tidak menyadari bahwa Palestina bukanlah pusat peperangan antara salibis melawan Islam, maka kita tidak akan menyadari sesuatupun. Yakinlah kalian dengan Rabb kalian Sang Pencipta, Pemberi Rizki, Maha Kuat dan Maha Perkasa. Dan ketahuilah bahwa organisasi-organisasi tersebut “tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” (Al-Furqan: 3). Lalu bagaimana mungkin mereka dapat melakukan segala sesuatu untuk kalian?”
Sementara itu, Syekh Abu Mush’ab Az Zarqawi (semoga Allah merahmatinya) juga pernah mengatakan ucapan masyhur tentang perjuangan para mujahidin untuk membebaskan (futuhat) Al Aqsha, dengan ucapannya :
“Sesungguhnya kami berperang di Irak sementara mata kami tertuju ke Baitul Maqdis”.
Lihatlah, betapa masalah Palestina telah menjadi masalah seluruh kaum Muslimin yang masih ada setitik iman dan ghiroh Islam dalam dadanya. Masalah ini tidak bisa dijadikan masalah lokal, hanya khusus rakyat Palestina saja, tetapi harus menjadi masalah global, seluruh ummat Islam sedunia.
Kewajiban kaum Muslimin untuk membebaskan (futuhat) tanah kaum Muslimin di Palestina, tempat Masjidil Aqsha, tempat Isra Nabi Muhammad SAW., adalah kewajiban yang tidak dapat ditolak lagi. Alhamdulillah, gelombang tsunami revolusi Islam yang saat ini terjadi di Timur Tengah Insya Allah, dengan idzin-Nya akan melapangkan jalan kita menuju pembebasan Al Aqsha.
Dari sini kita memulai di Al Aqsha kita bertemu
Membebaskan Masjid Al Aqsha di Palestina adalah impian setiap Muslim sejati. Membebaskan Palestina adalah impian tertinggi kaum Muslimin, khususnya mujahidin. Membebaskan Al Aqsha adalah tujuan utama pergerakan jihad di Afghanistan sejak kepemimpinan Syekhul Jihad, Syekh Abdullah Azzam rahimahullah, hingga kepemimpinan Syekh Usamah bin Laden rahimahullah.
Futuhat atau pembebasan Masjid Al Aqha adalah sebuah kepastian, karena dia adalah janji Allah SWT., serta nubuwah Rasulullah SAW.
Allah SWT., berfirman :
“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan kamu pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila dating saat hukuman bagi kejahatan yang pertama dari kejahatan itu, Kami mendatangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka mencarimu keluar masuk kampong (dan lorong) ke seluruh negeri. Suatu ketetapan yang pasti akan terlaksana.” (QS Al Isra’ : 4-5)
Asy Syekh As’ad Bayudh At Tamimi menjelaskan dalam bukunya “Impian Yahudi dan Kehancurannya Menurut Al Qur’an” :
“Dan ayat-ayat di atas diisyaratkan bahwa kaum Muslimin akan memasuki Masjid Al Aqsha seperti (nenek moyang mereka) pernah memasukinya dahulu dengan kemenangan gilang-gemilang, dan akan menghancurleburkan semua proyek keangkuhan Yahudi itu baik yang material maupun yang moral spiritual.
Rasulullah SAW., bersabda :
“Belum akan tiba kiamat, hingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi, kemudian mereka diperangi oleh kaum Muslimin, sehingga batu dan pohon berkata : Hai Muslim, hai hamba Allah! Inilah seorang Yahudi bersembunyi di belakang ku, datangilah dan bunuhlah, kecuali pohon Al-Ghorqad, karena ia tergolong pohon (simpatisan) kaum Yahudi.” (HR, Asy-Syaikhan : Al Bukhari dan Muslim)
Asy Syekh As’ad Bayudh At Tamimi kembali menjelaskan bahwa pohon Al Gharqad itu terbilang pohon perdu yang bercabang-cabang, dewasa ini banyak ditanam hampir di seluruh kawasan Palestina, dan hingga kini penduduk An-Naqab di Palestina menamakannya pohon “Gharqad”, meskipun di tempat-tempat lainnya di sana sudah berubah nama dan pohonan ini ditanam oleh bangsa Yahudi sendiri.
Sebuah nubuwah lainnya diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin Yaman radliallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH ‘ALAA MINHAJIN NUBUWWAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan yang menggigit (MULKAN ADLON), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan yang menyombong (MULKAN JABARIYYAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH ‘ALAA MINHAJIN NUBUWWAH)”. Kemudian beliau (Nabi) diam.” (H.R. Ahmad dan Al Baihaqi. Misykatul Mashabih: Bab Al Indzar wa Tahdzir, Al Maktabah Ar Rahimiah, Delhi, India. Halaman 461. Musnad Ahmad, juz 4, halaman 273).
Gelombang tsunami revolusi Islam yang telah menyapu Tunisia, disusul Mesir, Yaman, Libia, dan seterusnya bisa jadi menandai kebenaran ayat-ayat Allah dan nubuwah Rasulullah SAW, yakni dengan diterapkannya kembali syariat Islam secara sempurna, tegaknya Khilafah Islam, dan bangkitnya umat Islam secara global.
Di saat itulah, seluruh kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia, khususnya mujahidin, melangkahkan kakinya dengan penuh semangat menuju Al Aqsha untuk membebaskannya dari cengkraman tangan kotor yahudi-zinois-Israel.
What next?
Syekh ‘Athiyatulloh Abu ‘Abdir Rohman, dalam artikelnya berjudul “Revolusi Bangsa dan Lengsernya Diktaktor Arab” mengatakan :
“Benar, revolusi ini tidaklah sempurna sebagaimana yang kita harapkan. Akan tetapi hilangnya sebagian keburukan atau sebagian besarnya, adalah sesuatu yang menggembirakan orang. Meskipun kita juga berharap adanya langkah ini adalah pengantar untuk kebaikan yang akan datang dan pembuka bagi pintu-pintu lainnya dengan izin Alloh.”
Dengan demikian, apapun awal dan akhirnya, gelombang revolusi Islam yang terjadi di Timur Tengah tetap memercikan harapan besar bagi perlawanan global kaum Muslimin di seluruh dunia.
Ummat Islam saat ini baik yang berada di Tunisia, Mesir, al-Jazair, Libiya, Jordania, Yaman dan yang lainnya membutuhkan orang yang mengingatkan mereka pada Alloh di hari-hari ini, mengingatkan mereka dengan hari-hari Alloh dan sunnah-Nya, serta menjelaskan pada mereka dengan lembut mengenai tempat-tempat yang penuh pelajaran dan hikmah yang berfaedah. Dan ini adalah peran penting untuk para da’i (penyeru) kepada Alloh, penuntut ilmu dan harokah-harokah/gerakan-gerakan islam.
Syekh ‘Athiyatullah menambahkan :
“Demikianlah Alloh telah menciptakan perumpamaan bagi manusia, dan generasi muda pun bisa meneruskan aktivitas mereka di dunia kita yang baru, meskipun ada berbagai usaha yang dikerahkan oleh pemerintahan ‘arob yang rusak untuk merusak para pemuda pada seluruh level dan juga (usaha) untuk menidurkan mereka. Akan tetapi pemerintahan ‘arob itu adalah pemerintahan yang bodoh tidak perhatian, serta lebih mirip orang yang bernafsu. Sedangkan Rovolusi haruslah ada selama apapun masanya, karena inilah sunnah kauniyyah (putaran alam) yang kita ketahui dari sejarah, ilmu kemanusiaan, pengalaman dan perhitungan ilmu psikis dan sosial yang simpel.
Karena sesungguhnya terkumpulnya kerusakan dengan model yang ada dalam ummat dan masyarakat ‘arob islam kita, tidak mungkin terus eksis dalam waktu yang sangat lama, hingga menjadikan ledakan yang dinyalakan oleh apa yang Alloh tetapkan dan oleh orang yang Alloh siapkan, dan kerja keras yang tidak dapat dihitung mengumpulkan mesiunya untuk menghadapi kerusakan yang terakumulasi itu. Di antara para pemuda itu ada yang baik dan ada yang tidak demikian. Sedangkan Alloh lebih mengetahui apa yang dikerjakan oleh makhluq, apa yang mereka niatkan dan apa yang mereka inginkan. Di antara mereka ada pula yang beruntung lagi sukses di akhirat, dan di antara mereka ada yang jika diberitahukan mengenai akhiratnya, tidak mendapatkan apapun kecuali kerugian dan (kita) berlindung pada Alloh, akan tetapi semua keseriusan itu terkumpul untuk melawan pemerintahan tiran itu.”
Faktanya, saat ini gelombang revolusi Islam di Timur Tengah mampu menghilangkan penghalang terbesar antara mujahidin dengan pembebasan Al Aqsa, yakni para penguasa tiran. Kini, setelah antek-antek Amerika dan Israel tersebut tersingkirkan satu demi satu, maka jalan menuju futuhat Al Aqsha semakin dekat.
Antek-antek Barat tengah berkemas pergi, isu Palestina kembali semarak, khotbah-khotbah tentang jihad untuk membela ummat Islam akan terdengar secara umum dalam masyarakat yang telah membebaskan dirinya dari para tiran, dan diharapkan tindakan-tindakan keamanan bersenjata berat yang ditimpakan oleh raja-raja lalim tersebut demi mengamankan Amerika dan sekutunya serta untuk selalu meneror rakyatnya akan berakhir.
Setelah itu, kita harus segera mempersiapkan diri dan mengukur segala kemampuan. Hal ini sebagaimana yang dinasehatkan oleh Syekh ‘Athiyatullah “
“Hendaknya kita mengetahui kadar (kemampuan) kita semua, dan hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam ta’wun di atas kebaikan, ketaqwaan dan jihad di jalan Alloh. Semua (bermula) dari tempatnya dan dengan apa yang dia mampu serta dengan apa yang sesuai dalam haknya. Sedangkan Alloh akan membuka dan menurunkan kelapangan dan pertolongan dengan kejujuran orang-orang yang jujur, ketulusan orang-orang yang ikhlash dan doanya orang-orang lemah yang dikalahkan.”
Gelombang revolusi Islam tengah berlangsung di Timur Tengah dan akan melanda seluruh dunia menuju satu fokus utama yakni membebaskan (futuhat) Al Aqsha. Dari sini kita memulai di Al Aqsha kita bertemu.
“Ya Allah ijinkanlah kami bertemu di al-Aqsha.”
Wallahu’alam bis showab!